Sabtu, 26 November 2011

makalah pengaruh allelopati pada perkecambahan


MAKALAH EKOLOGI TUMBUHAN


PENGARUH ALLELOPATI JENIS TUMBUHAN
TERHADAP PERKECAMBAHAN



OLEH :

DUMORA MANURUNG
GRESYA HUTABARAT
JHON HERY MANURUNG
LESTARI DOLOKSARIBU
NURY SYAHPUTRI HARAHAP
SITI NURHAYATI TAMBUNAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2011
ABSTRAK

Praktikum yang berjudul, “Pengaruh Allelopati Jenis Tumbuhan Terhadap Perkecambahan bertujuan untuk mempelajari pengaruh allelopati dari jenis tumbuhan terhadap perkecambahan tanaman. Praktikum dilaksanakan pada hari Jum’at. Bertempat di Laboratorium Ekologi Tumbuhan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan (UNIMED), Medan. Alat yang digunakan adalah blender, cawan petri, corong penyaring, gelas ukur 10 cc, kapas/tissue,
Kertas saring, mangkuk pengerus (lumping dan alu), penggaris, pipet tetes, piring plastik, dan pisau/gunting sedangkan bahan yang digunakan adalah ekstrak Acacia mangium (akasia) dan ekstrak Imperata cylindrica (alang-alang) , akuades, Phaseolus radiates (kacang hijau), Zea mays (jagung). Dari percobaan, didapat hasil yaitu kita dapat mengetahui pengaruh allelopati Acacia mangium dan Imperata cylindrica terhadap pertumbuhan Phaseolus radiatus dan Zea mays, serta faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan. Kesimpulan yang didapat pada praktikum ini adalah allelopati menghambat pertumbuhan tumbuhan jenis lain yang tumbuh yang bersaing dengan tumbuhan allelopati tersebut.








BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
            Alelopati merupakan suatu peristiwa dimana suatu individu tumbuhan yang menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat pertumbuhan jenis yang lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut. Istilah ini mulai digunakan dan diartikan sebagai pengaruh negatif dari suatu jenis tumbuhan tingkat tinggi terhadap perkecambahan, pertumbuhan, dan pembuahan jenis-jenis lainnya. Kemampuan untuk menghambat pertumbuhan tumbuhan lain merupakan akibat adanya suatu senyawa kimia tertentu yang terdapat pada suatu jenis tumbuhan.
            Terlepas dari suatu kenyataan bahwa ekstrak suatu tanaman bukanlah material percobaan yang cicik, karena tidak terdapat di alam. Ekstrak tersebut sering sekali tidak steril sehingga transformasi bakteri barang kali telah berlangsung dan biasanya tanaman-tanaman tersebut tidak memiliki hubungan ekologis. Penelitian seperti ini sulit ditafsirkan. Pertanyaannya adalah apakah beberapa tanaman mempunyai suatu pegaruh toksik pada tanaman lainnya yang tumbuh di lapangan dan ini harus terpisah dari setiap kompetisi untuk cahaya, air dan hara. Itulah sebabnya mengapa kita perlu mempelajari pengaruh alelopati ini terhadap tumbuhan lain.
Penerapan alelopati dalam pertanian secara garis besar adalah untuk mengendalikan gulma dan penyakit menggunakan bahan yang berasal dari tumbuhan atau mikroorganisme. Penggunaan pestisida yang berasal dari tumbuhan bersifat relatif aman, karena berbeda dengan bahan kimia sintetis, bahan alami  mudah terurai sehingga tidak akan meninggalkan residu di tanah atau air, dan oleh karena itu tidak menimbulkan pencemaran. Penanaman tanaman produksi maupun non-produksi yang alelopatik terhadap gulma atau patogen bahkan dapat dikatakan tidak menimbulkan efek negatif terhadap lingkungan dan manusia, dan murah bagi petani sehingga petani tidak perlu menambahkan input dari luar.
Diperkirakan ada sekitar 641/2 juta hektar padang rumput di Indonesia, di mana sebagian besar Imperata. Di Indonesia nampaknya Imperata bukan merupakan jenis tumbuhan alamiah. Hampir seluruhnya terbentuk ada di ladang karena rumput-rumput ini akan merupakan saingan bagi tanaman budaya dan akan merupakan tanaman yang tidak disenangi bagi ladang-ladang yang baru saja dibero karena rumput-rumput ini akan menghambat penghutanan kembali sehingga akan memperlama waktu bero yang diperlukan sebelum tanah tersebut bisa digarap kembali. Sifat-sifat dari tanaman ini yang sangat membutuhkan banyak sinar, tingginya tanaman, kecepatannya tumbuh, dan daun-daunnya yang rimbun, kesemuanya merupakan faktor saingan bagi tumbuhan rumput yang telah ada di tempat-tempat seperti itu (Dove dan Martopo,1987).
Gulma adalah tanaman tumbuhan liar yang tidak dikehendaki tumbuh di antara tanaman pokok. Beberapa gulma sering menjadi inang hama dan penyakit tanaman tertentu atau mengandung zat tertentu (zat allelophaty) yang dapat merugikan tanaman pokok. Persaingan gulma pada awal pertumbuhan akan mengurangi kuantitas hasil, sedangkan persaingan dan gangguan gulma menjelang panen berpengaruh besar terhadap kualitas hasil. Perbedaan cara penanaman, laju pertumbuhan dan umur varietas yang ditanam, dan tingkat ketersediaan unsur hara juga akan menentukan besarnya persaingan gulma dengan tanaman (Djojosumarto, 2001).
Untuk melihat lebih lanjut dan langsung mengamati perngaruh allelopati dari    alang-alang (Imperata cylindrica) dan akasia (Acacia mangium), terhadap perkecambahan jenis tumbuhan lain, maka dilakukan suatu percobaan. Dimana dari jenis tumbuhan alang-alang (Imperata cylindrica) dan akasia   (Acacia mangium), akan dibuatkan suatu ekstrak yang kemudian didalamnya akan dimasukkan beberapa jenis biji tanaman. Dan dalam percobaan ini jenis biji yang akan digunakan yaitu biji Kacang Hijau dan jagung.


Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum adalah bagaimana pengaruh ekstrak daun Acacia mangium dan imperata cylindrica terhadap perkecambahan dan pertumbuhan Phaseolus radiates dan Zea mays.

Batasan Masalah
Batasan masalah pada praktikum adalah pengamatan perkecambahan biji  Phaseolus radiates dan Zea mays (persen perkecambahan) serta pengamatan pertumbuhan fase vegetatif Phaseolus radiates dan Zea mays (tinggi tanaman) yang telah diberi ekstrak daun Acacia mangium dan imperata cylindrica.


Tujuan Praktikum
            Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh allelopati dari beberapa jenis tanaman terhadap perkecambahan atau pertumbuhan jenis tumbuhan lain.
Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh yang diberikan alelopati Acacia mangium dan imperata cylindrical  terhadap perkecambahan biji dan pertumbuhan vegetatif tanaman uji Phaseolus radiates dan Zea mays.



TINJAUAN PUSTAKA
            Alelopati merupakan sebuah fenomena yang berupa bentuk interaksi antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya melalui senyawa kimia. Pendapat lain mengungkapkan bahwa alelopati merupakan suatu peristiwa dimana suatu individu tumbuhan yang menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat pertumbuhan jenis yang lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut. Istilah ini diartikan sebagai pengaruh negatif dari suatu jenis tumbuhan tingkat tinggi terhadap perkecambahan, pertumbuhan, dan pembuahan jenis-jenis lainnya. Kemampuan untuk menghambat pertumbuhan tumbuhan lain merupakan akibat adanya suatu senyawa kimia tertentu yang terdapat pada suatu jenis tumbuhan (Indriyanto, 1999).
            Dalam persaingan antara individu-individu dari jenis yang sama atau jenis yang berbeda untuk memperebutkan kebutuhan-kebutuhan yang sama terhadap factor-faktor pertumbuhan, kadang-kadang sustu jenis tanaman mengeluarkan suatu jenis senyawa kimia yang dapat mempengaruhi pertumbuhan jenis-jenis tanaman lain dan mungkin juga dapat  mempengaruhi pertumbuhan dari anakannya sendiri, dan inilah yang merupakan suatu peristiwa yang dikenal dengan allelopati (Onrizal. 2008).
Tumbuhan juga dapat bersaing antara sesamanya dengan secara interaksi biokimia, yaitu salah satu tumbuhan mengeluarkan senyawa beracun ke sekitarnya dan dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan tunbuhan lainnya. Interaksi antara gulma dan pertanaman antara lain menyebabkan gangguan perkecambahan biji, kecambah jadi abnormal, pertumbuhan memanjang akar terhambat, perubahan susunan sel-sel akar dan  lain sebagainya. Persaingan yang timbul akibat dikeluarkannya zat yang meracuni tumbuhan lain disebut allelophaty, senyawa-senyawa kimia yang mempunyai potensi allelophaty dapat ditemukan di setiap organ tumbuhan, antara lain terdapat pada: daun, batang, akar, rhizoma, buah, biji dan umbi serta bagian-bagian tumbuhan yang membusuk. Umumnya senyawa yang dikeluarkan adalah dari golongan fenol. Species gulma yang diketahui mengeluarkan senyawa-senyawa beracun adalah alang-alang (Imperata cylindrica), teki (Cyperus rotundus), Agropyron intermedium, Salvia lencophyella, Cynodon dactylon, Cyperus esculentus dan lainnya. Sehingga gulma merupakan persaingna lami yang kuat dengan daya kecambah yang tinggi dan lahan tahan terhadap gangguan tanah, pertumbuhan cepat, daya regenerasi kuat (gulma tahunan), tidak peka terhadap sinar matahari yang kurang akibat penaungan tumbuhan lain, tingkat absorpsi dan penggunaan unsur hara dan air yang besar, dan daya penyesuaian terhadap iklim yang luas. Gulma yang menimbulkan persaingan berat terhadap tanaman adalah yang memiliki tajuk dan perakaran yang luas dan banyak, pertumbuhan yang cepat, waktu berkecambah dan pemunculan yang lebih awal dari tanaman, kerapatan yang cepat meninggi dan berjalur fotosintesis C4 (Sukman dan Yakup, 1995).
Alang-alang (Imperata cylindrica) merupakan gulma tahunan yang keberadaannya sangat tidak dikehendaki oleh kaum petani khususnya. Tumbuhan ini banyak terdapat di lahan pertanian di daerah tropis dan subtropis. Alang-alang dapat menghasilkan hormon alelopati, yaitu zat yang dapat mematikan tumbuhan lain. Akibat pada suatu lahan dapat terjadi monokultur, dan yang ada hanya alang-alang. Dengan mengacu pada kemampuan alelopati untuk mematikan tumbuhan lain, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh alelopati yang terdapat pada rimpang alang-alang terhadap pertumbuhan gulma teki (Cyperus rotundus) (Wijaya, 1998).
Pengaruh allelopati bagi tumbuhan:
1.      Menghambat penyerapan hara oleh akar tanaman
2.      Menghambat pembelahan sel
3.      Menghambat pertumbuhan tanaman
4.      Menghambat aktivitas fotosintesis
5.      Memacu atau menghambat respirasi
6.      Mempengaruhi sintesis protein
7.      Menurunkan permeabilitas membran
8.      Menghambat aktivitas enzim
9.      Menghambat fiksasi N dan nitrifikasi (Soejono, 2007).
Kehadiran tumbuhan yang mengeluarkan bahan kimia seperti penghambat pertumbuhan spesies lain di sekitarnya. Pengaruh bahan kimia dapat menyebabkan pertumbuhan yang terhambat sama sekali, pertumbuhan terlambat. Apabila terjadi pertumbuhan yang sama sekali terhambat maka akibatnya dapat terlihat dari bentuk daerah yang gundul disekitar tumbuhan yang mengeluarkan bahan kimia itu. Gejala ini sering disebut allelopati (Ewusei, 1990).
Allelokimia (senyawa penyebab allelopati) berasal dari bagian yang berbeda pada tumbuhan penghasilnya; akan tetapi, bagian terpenting sebagai sumber allelokimia adalah akar dan daun. Eksudat akar berperan aktif dalam pengaturan sismbiosis dan proteksi tumbuhan terhadap mikroorganisme. Dalam interaksi allelopati, tumbuhan donor menggunakan metabolit sekunder yang dikeluarkan akar ke rizosfir untuk mengganggu pertumbuhan tumbuhan lain di sekitarnya (Bais et al., 2004).
Peristiwa allelopati ialah peristiwa adanya pengaruh jelek dari zat kimia (allelopat) yang dikeluarkan tumbuhan tertentu yang dapat merugikan pertumbuhan tumbuhan lain yang tumbuh di sekitarnya.Pertumbuhan jagung banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor genetic dan lingkungan, diantara faktor lingkungan adalah adanya persaingan dengan gulma. Pertumbuhan gulma disekitar tanaman jagung perlu dikendalikan karena menurunkan kualitas dan kuantitas hasil panen (Kurniawan, 2006).
Allelopati adalah produksi substansi (zat) oleh suatu tanaman yang merugikan tanaman lain atau mikroba. Ini merupakan topic yang kontroversi (bertentangan). Masalahnya adalah bahwa tanaman mengandung substansi yang sangat luas yang bersifat toksik dan beberapa percobaan berusaha mendemonstrasikan pengaruh allelopati dengan memberikan ekstrak suatu tanaman kepada biji-biji ataupun bibit tanaman lain. Terlepas dari kenyataan bahwa ekstrak suatu tanaman bukanlah material percobaan yang cocok, karena tidak terdapat di alam, ekstrak tersebut sering kali tidak steril sehingga transformasi bakteri barangkali telah berlangsung dan biasanya tanaman-tanaman tersebut tidak memiliki hubungan ekologi (Fitter dan Hay, 2000).
























BAB II
METODOLOGI

Waktu dan Tempat
            Adapun Praktikum Ekologi Tumbuhan yang berjudul “ Pengaruh Allelopati Beberapa Jenis Tumbuhan Terhadap Perkecambahan Beberapa tanaman”  dilaksanakan pada tanggal 18 September – 24 September 2010  , pukul 14.00 WIB di Ruang Laboratorium Ekologi Tumbuhan, Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, Medan.

Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1.     Bagian akar atau daun alang-alang (Imperata cylindrica), dan daun akasia (Acacia mangium), sebagai bahan pembuat ekstrak.
2.     Biji jagung, biji kacang hijau, sebagai bahan percobaan (biji yang akan dikecambahkan).
3.     Air, fungsinya untuk membasahi kapas dan pengenceran ekstrak sebagai media tanam.
4.     Kapas, sebagai bahan media tanam.
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1.     Blender atau mangkok penggerus, fungsinya sebagai alat penghalus bagian akar atau daun alang-alang (Imperata cylindrica), daun akasia (Acacia mangium).
2.     Pipet tetes, fungsinya untuk meneteskan ekstrak pada cawan petri (petri dish) yang berisi biji kacang hijau dan biji jagung.
3.     Kertas saring, fungsinya untuk menyaring ekstrak.
4.     Gelas ukur, fungsinya untuk mengukur volume ekstrak..
5.     Pisau atau gunting, fungsinya untuk memotong bagian akar atau daun alang-alang (Imperata cylindrica) dan daun akasia (Acacia mangium).


C. Prosedur kerja
1.     Dibuat ekstrak alang-alang dan akasia dengan cara sebagai berikut :
a.     Dihancurkan dan dihaluskan bagian tumbuhan yang dipilih tersebut dengan mangkok penggerus atau blender.
b.     Dibuat ekstrak atau hasil rendaman bagian tumbuhan tersebut dengan air, dengan perbandingan bagian tumbuhan : air adalah 1 : 7, 1 : 14, dan 1 : 21 dan dibiarkan selam 24 jam. Setelah 24 jam, saringlah ekstrak yang diperoleh dengan menggunakan alat penyaring.
2.     Diletakan biji kacang hijau dan jagung pada cawan petri, masing-masing 10 biji pada masing-masing 4 cawan. Sebelumnya di dalam gelas aqua sudah dimasukkan kapas yang dibasahi dengan air.
3.     Ditetesi sebanyak 10 tetes ekstrak allelopati ke dalam gelas aqua yang telah berisi biji kacang hijau dan jagung.
4.     Dipilih kombinasi perlakuan oleh masing-masing kelompok, biji kacang hijau dan jagung dengan perlakuan (kontrol dan perlakuan ekstrak dengan salah satu konsentrasi 1 : 7, atau 1 : 14, atau 1 : 21).
5.     Tiap kelompok terdapat 4 (empat) perlakuan dengan masing-masing perlakuan 3 (tiga) ulangan.
6.     Diamati perkecambahan biji-biji tersebut selama 1 minggu, tentukan persen kecambahnya dan ukur panjang kecambahnya.
7.     Dengan menggunakan rancangan percobaan acak lengkap gunakan sidik ragam untuk mengetahui pengaruh perlakuan pemberian ekstrak bahan allelopati terhadap respon tumbuhan.





HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
            Berdasarkan hasil pengamatan dan pendataan yang dilakukan terhadap percobaan maka diperoleh data sebagai berikut :
1.     Perlakuan ekstrak Akasia (Acacia mangium)  terhadap jagung (Zea mays)
Ulangan
Kontrol
1:7
1:14
1:21
1
5,54
5,14
7,03
6,87
24,58
2
4,83
3,43
6,04
2,16
16,46
3
7,04
7,46
2,71
6,91
24,12
Total
17,41
16,03
15,78
15,94
65,16

Faktor koreksi
= V2
   12
= (65,16)2 = (4245,826) = 353,819
       12                12

 Jangkauan kuadrat tengah (JKT) 
= [(5,54)2 + (5,14)2 + (7,03)2 + (6,87)2 + (4,83)2 + (3,43)2 + (6,04)2+ (2,16)2 + (7,04)2 + (7,46)  + (2,71)2 + (6,91)2] - (353,819)
= [(30.69) + (26,42) + (49,42) + (47,20) + (23,33) + (11,76) + (36,48) + (4,67) + (49,56) + (55,652) + (7,34) + (47,75) ] - (353,819)
= [(390,272) - (353,819)]
= 36,453

Jangkauan kuadrat perlakuan (JKP)
=[ (17,41)2 + (16,03)2 + (15,78)2 + (15,94)2 ] – 353,819
                                    3
=[ (303,108) + (256,961) + (249,008) + (254,084) ] – 353,819
                                    3
= (1063,161) – 353,819 
         3
= 354,387 – 353,819
= 0,568

Jangkauan Kuadrat Galat (JKG)
JKG     = JKT − JKP
            = 27,932 – 0,568
= 27,364

2.     Perlakuan ekstrak Alang-alang  terhadap Zea mays
Ulangan
Kontrol
1:7
1:14
1:21
1
5,54
4,85
9,65
8,68
28,59
2
4,83
6,22
8,01
8,44
27,52
3
7,04
6,34
8,85
5,4
27,53
Total
17,41
17,41
26,51
22,52
83,64

Faktor koreksi
= V2
   12
= (83,64)2 = (6995,65)2 = 582, 971
       12                12

Jangkauan kuadrat tengah (JKT) 
= [(5,41)2 + (4,85)2 + (9,65)2 + (8,68)2 + (4,85)2 + (6,22)2 + (8,01)2 + (8,44)2 + (6,94)2 + (6,34)2 + (8,85)2 + (5,4)2] - ( 582, 971)
= [(29,27) + (23,52) + (93,12) + (75,34) + (23,52) + (38,69) + (64,16) + (71,23) + (48,16) + (40,20) + (78,32) + (29,16)] - (582,971)
= [ (614,69) - (582,971) ]
= 31,719
Jangkauan kuadrat perlakuan (JKP)
= [ (17,41)2 + (17,41)2 + (26,51)2 + (22,52)2] – 582,971
                                    3

= [(303,108) + (303,108) + (702,780) + (507,150)] – 582,971
                                    3

= 605,382 – 582,971
= 22,411

3.     Perlakuan ekstrak Akasia (Acacia mangium)  terhadap kacang hijau (Phaseolus radiatus)
Ulangan
Kontrol
1:7
1:14
1:21
1
1
-
-
-
1
2
1,5
-
-
-
1,5
3
2
0,7
0,4
0,2
3,3
Total
4,5
0,7
0,4
0,2
5,8


Faktor koreksi
= V2
   12
= (5,8)2 = (33,64) = 2,803
     12           12





 Jangkauan kuadrat tengah (JKT) 
= [(1)2 + (1,5)2 + (2)2 + (0,7)2 + (0,4)2 + (0,2)2 ] - (2,803)
= [(1) + (2,25) + (4) + (0,49) + (0,16) + (0,04)] - (2,803)
= [(7,94) - (2,803)]
= 5,137

Jangkauan kuadrat perlakuan (JKP)
=[ (4,5)2 + (0,7)2 + (0,4)2 + (0,2)2 ] – 2,803
                          3
=[ (20,25) + (0,49) + (0,16) + (0,04) ] – 2,803
                           3
= (20,94) – 2,803
        3
= 6,98 – 2,803
= 4,177

Jangkauan Kuadrat Galat (JKG)
JKG     = JKT − JKP
            = 5,137 – 4,177
  = 0,960









4.     Perlakuan ekstrak Alang-alang  terhadap Zea mays
Ulangan
Kontrol
1:7
1:14
1:21
1
1,3
-
-
-
1,3
2
1,8
-
-
-
1,8
3
2,4
-
-
-
2,4
Total
5,5
-
-
-
5,5

Faktor koreksi
= V2
   12
= (5,5)2 = (30,25)2 = 2,52
     12           12


Jangkauan kuadrat tengah (JKT) 
= [(1,3)2 + (1,8)2 + (2,4)2 ] - (2,52)
= [(1,69) + (3,24) + (5,76)] - (2,52)
= [ (10,69) - (2,52) ]
= 8,17





Jangkauan kuadrat perlakuan (JKP)
= [ (5,5)2 ] – 8,17
         3

= [(30,25)] – 8,17
           3

=  10,083 – 8,17
= 1,913


Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh, maka dapat dapat dilihat bahwa F.hitung yang lebih besar daripada F.tabel, untuk F.Hitung pada ekstrak alang-alang (Imperata cilindryca) adalah  4,562 dan untuk ekstrak akasia (Acacia mangium) adalah 0,055 maka dapat diamati bahwa yang berpengaruh besar terhadap perkecambahan jagung dalam percobaan ini adalah ekstrak alang-alang.
Allelopati yang berasal dari pinus berpengaruh terhadap perkecambahan jagung. Allelopati yang dihasilkan dari ekstrak tersebut sangat berpengaruh pada perkecambahan. Hal ini sesuai dengan literature yang dikemukakan oleh                                       Indriyanto (1999), yang menyatakan bahwa alelopati merupakan suatu peristiwa dimana suatu individu tumbuhan yang menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat pertumbuhan jenis yang lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut. Istilah ini diartikan sebagai pengaruh negatif dari suatu jenis tumbuhan tingkat tinggi terhadap perkecambahan, pertumbuhan, dan pembuahan jenis-jenis lainnya. Kemampuan untuk menghambat pertumbuhan tumbuhan lain merupakan akibat adanya suatu senyawa kimia tertentu yang terdapat pada suatu jenis tumbuhan.
            Dari pengamatan terhadap  percobaan, diketahui bahwa bagian daun alang-alang (Imperata cylindrica) dan akasia (Acacia mangium) terkandung senyawa kimia yang bersifat menghambat pertumbuhan (allelopati) dari perkecambahan biji jagung (Zea mays) dan kacang hijau (Phaseolus radiatus). Hal ini sesuai dengan pernyataan Suryanto (2007), yang menyatakan bahwa sebagai allelopat, substansi kimiawi itu terkandung dalam tubuh tumbuhan, baik tanaman maupun gulma. Bertindaknya allelopat tersebut setelah tumbuhan atau bagian tumbuhan mengalami pelapukan, pembusukan, pencucian ataupun setelah dikeluarkan berupa eksudat maupun penguapan.
            Namun pada percobaan praktikum ini, dapat dilihat bahwa allelopat dari ekstrak akasia kurang berpengaruh nyata pada perkecambahan jagung. Hal ini dapat dilihat berdasarkan F.hitung untuk ekstrak akasia hanya 0,055. Yang berarti nilai F hitung kedua ekstrak ini lebih kecil daripada F.tabelnya. 
            Pada objek pengamatan ini, maka dapat diamati juga wadah percobaan allelopati untuk jagung dan kacang hijau yang diberi ekstrak alang-alang warnanya lebih pekat dibandingkan dengan kedua ekstrak lainnya. Dapat dipastikan ini juga yang mempengaruhi allelopati pada perkecambahan jagung.
Tumbuhan yang suseptibel bila terkena substansi semacam itu akan mengalami gangguan berupa penghambatan pertumbuhan atau penurunan hasil. Dan dalam percobaan ini allelopati dari alang-alang (Imperata cylindrica) dan akasia (Acacia mangium) dibuat dalam bentuk ekstrak (eksudat). Pengaruh bahan kimia dapat menyebabkan pertumbuhan sama sekali terhambat, pertumbuhan terlambat. Apabila terjadi pertumbuhan yang sama sekali terhambat, maka akibatnya dapat terlihat dalam bentuk daerah gundul di sekitar pohon yang menggetahkan bahan kimia itu. Gejala ini sekarang dikenal sebagai allelopati. Jelas kiranya bahwa allelopati dapat merupakan faktor dalam suksesi tumbuhan, dalam kemenonjolan spesies tunggal, dan dalam pembentukan pola nabatah  pada umumnya.
Untuk hasil percobaan ini, sudah dapat diketahui bahwa allelopati tersebut berpengaruh nyata terhadap perkecambahan  jagung (Zea mays). Namun untuk hasil lebih jelasnya, percobaan ini sebenarnya belum akurat, karena keadaan ynag terjadi di alam sebenarnya tak semudah dengan percobaan ini. Hal ini sesuai dengan Fitter dan Hay (2000), yang menyatakan bahwa ekstrak suatu tanaman bukanlah material percobaan yang cocok, karena tidak terdapat di alam, ekstrak tersebut sering kali tidak steril sehingga transformasi bakteri barangkali telah berlangsung dan biasanya tanaman-tanaman tersebut tidak memiliki hubungan ekologi. 
Setelah dilaksanakan percobaan ini, maka dapat dikatakan bahwa allelopat yang berpengaruh terhadap perkecambahan jagung (Zea mays) adalah allelopat Alang-Alang (Imperata cylindrica). Untuk allelopat dari akasia sifatnya kurang berpengaruh terhadap perkecambahan jagung ini, sedangkan untuk perkecambahan kacang hijau yang lebih berpengaruh adalah alelopat alang-alang (Imperata cylindrica) walaupun alelopat akasia (Acacia mangium) juga berpengaruh namun tidak terlalu berpengaruh mungkin karena ekstraknya yang terlalu encer.



KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
1.     Pada daun alang-alang (Imperata cylindrica) dan akasia (Acacia mangium) terdapat senyawa kimia yang bersifat racun (allelopati).
2.     Allelopati berpengaruh nyata terhadap perkecambahan jagung (Zea mays) dan kacang hijau (Phaseolus radiatus).
3.     Ekstrak alang-alang (Imperata cylindrica) berpengaruh terhadap perkecambahan kacang hijau (Phaseolus radiatus).
4.     Ekstrak akasia berpengaruh terhadap perkecambahan biji kacang hijau (Phaseolus radiatus).
5.     Ekstrak akasia (Acacia mangium) kurang pengaruhnya terhadap perkecambahan jagung (Zea mays) dan begitu juga ekstrak alang-alang (Imperata cylindrica) yang kurang berpengaruh terhadap perkecambahan jagung dan hal tersebut mungkin disebabkan karena kekurang telitian para praktikan dalam pengenceran ekstrak.
6.     Allelopati merupakan produksi substansi (zat) oleh suatu tanaman yang merugikan tanaman lain.

Saran
Disarankan agar praktikan lebih teliti pada saat pembuatan ekstrak, agar hasil pada perkecambahan lebih akurat dan maksimal, selain itu disarankan juga agar praktikan jeli pada saat pengambilan data agar hasil perhitungan yang diperoleh maksimal.



DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S . 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor

Bais, H. P., S. W. Park, T. L. Weir, R. M. Callaway dan J. M. Vivanco. 2004. 'How Plants Communicate Using The Underground Information Superhighway'. http://plants.trends.com. [ diakses pada tanggal 15 September 2010 pukul 19.46 WIB)
Djojosumarto, P. 2001. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Penerbit Kanisius. Jakarta

Dove,M.R. dan S.Martopo. 1987. Manusia Dan Alang-alang Di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Fitter, A.H dan R.K.M.Hay. 2000. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Indriyanto. 1999. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta

Kurniawan. 2006. Pengaruh Alelopati Gulma Teki (Ciperus Rotundus) dan Alang-Alang( Imperata cylindrica) Terhadap Kadar Proteind Serat Kasar Hijau Jagung (Zea Mays L.). PS. September 2006. Jakarta

Onrizal dan Kusmana,C. 2005. Ekologi Hutan. Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan

Salampessy, N.S.M,1998, Pengaruh Allelopathy Pohon Titi (Gmelina Mollucana,   Back) Terhadap Perkecambahan Beberapa Jenis Tanaman Tumpang Sari, Universitas Pattimura, Ambon (Skripsi, tudak dipublikasi)

Sukman, Y. dan Yakup. 1995. Gulma Dan Teknik Pengendaliannya. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta

Wijaya, F.H. 1998. Pemanfaatan Allelopati Pada Rimpang Alang-Alang (Imperata cylindrica) sebagai herbisida Organik Pengendali Gulma Teki (Cyperus rotundus). SMU Nusantara .Magelang