Sabtu, 03 Desember 2011

penilaian berbasis kelas


Penilaian berbasis kelas
Penilaian berbasis kelas adalah penilaian yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur seberapa besar peserta didik telah menguasai materi yang telah diajarkannya. Bukan berdasarkan penilaian pendekatan norma, tetapi menggunakan penilaian acuan kriteria dan standar yang merujuk pada standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya.


Tujuan Penilaian Berbasis Kelas
Seperti telah kita pahami bersama bahwa penilaian merupakan tangga yang harus dilewati seorang pendidik sebelum dia melakukan pengambilan keputusan pendidikan, yang biasa dikenal dengan evaluasi.

Tidak ubahnya dengan tujuan penilaian pada umumnya, penilaian berbasis kelaspun bertujuan untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosis kesulitan belajar, memberikan umpan balik/perbaikan pembelajaran, serta memotivasi dan merangsang peserta didik untuk melakukan usaha perbaikan.


Fungsi Penilaian Berbasis Kelas
Telah disampaikan sebelumnya, bahwa penilaian berbasis kelas merupakan hasil pergeseran paradigma dari pendekatan pendidikan. Dari pendekatan pendidikan yang berorientasi masukan (input oriented education) ke pendekatan pendidikan yang berorientasi hasil atau standar (outcome based education).

Unjuk nyata kompetensi, itulah pesan moral yang sebenarnya ingin disampaikan oleh paradigma baru ini. Dimana hasil belajar seorang peserta didik dapat langsung dilihat secara kasat mata dan praktis, bukan berhenti hanya pada tataran skor yang tertera manis dalam kertas saja.

Yah... intinya dengan menggunakan paradigma ini, paling nggak orang tua dan masyarakat tidak lagi berjudi saat memasukkan anaknya ke institusi pendidikan dan tidak membeli kompetensi dalam karung. Karena penilaian berbasis kelas jauh lebih transparan dari segi penilaian dan kompetensi yang akan dihasilkan pun akan jauh lebih teremboss (baca : terlihat).

Peserta didik dan orang tua dapat berkolaborasi untuk menciptakan hasil pembelajaran atau kompetensi yang optimal dengan merujuk pada kriteria yang telah ditetapkan dalam setiap kompetensi pembelajaran yang akan dihasilkan.

Itulah fungsi yang ditawarkan oleh penilaian berbasis kelas.


Prinsip Penilaian Berbasis Kelas
Ini dia nih rumusan yang harus dipegang seorang pendidik agar penilaian berbasis kelas yang akan dilancarkan dapat berjalan secara optimal.

1. Motivasi. Penilaian berbasis kelas hendaknya dipandang sebagai upaya untuk mengenal kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh guru maupun peserta didik. Untuk mengenal kekuatan dan kelemahan tersebut, diperlukan usaha perencanaan terhadap perbaikan kegiatan pembelajaran secara terus menerus. Hal yang lebih penting, tujuan akhir penilaian berbasis kelas bukan terletak pada pencapaian angka yang tinggi, melainkan terletak pada cara bagaimana memotivasi peserta didik sehingga diperoleh hasil yang maksimum.
2. Validitas. Harus menjamin tercapainya standar kompetensi, kompetensi dasar, maupun indikator. Kesesuaian antara penilaian berbasis kelas dengan tujuan akan meningkatkan validitas. Dengan demikian maka validitas merupakan suatu hal yang sangat perlu diperhatikan.
3. Adil. Penilaian berbasis kelas menekankn pada adanya perlakuan yang adil kepada semua peserta didik. Artinya, semua peserta didik harus mendapat kesempatan yang sama untuk dinilai tanpa membedakan latar belakang sosek, budaya, bahasa, dan jenis kelamin.
4. Terbuka. Menekankan adanya keterbukaan, dimana semua pihak baik pendidik maupun peserta didik perlu mengenali kemampuan masing-masing, jenis penilaian, maupun format penilaian yang akan digunakan.
5. Berkesinambungan. Harus dilakukan secara berencana, bertahap, dan terus menerus untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan belajar peserta didik. Hal ini dilakukan untuk melihat kesinambungan antara materi pokok yang satu dengan materi pokok yang lain.
6. Bermakna. Penilaian berbasis kelas dapat melihat perkembangan kemampuan peserta didik secara holistik. Selain itu, penilaian berbasis kelas dapat ditindaklanjuti oleh semua pihak, terutama pendidik, peserta didik, dan orang tua.
7. Menyeluruh. Penilaian berbasis kelas dilakukan dengan berbagai teknik dan prosedur untuk menjamin tersedianya informasi yang utuh dan lengkap tentang kinerja peserta didik, baik yang menyangkut aspek kognitif, efektif, dan psikomotorik. Jadi, sangat tidak mungkin jika pendidik hanya terpaku pada satu jenis penilaian saja, tertulis misalnya.
8. Edukatif. Penilaian berbasis kelas tidak dimaksudkan untuk membuat keputusan akhir tentang nasib peserta didik atau hal-hal lain yang dapat menurunkan motivasi peserta didik dalam belajar. Pelaksanaannya didasarkan pada pertanyaan yang sangat mendasar, yaitu : bagaimana peserta didik memperoleh hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan perolehan hasil belajar sebelumnya ? dan bagaimana guru mengajar lebih efektif dibandingkan dengan pengajaran sebelumnya


Karakteristik Penilaian Berbasis Kelas
Penilaian berbasis kelas memiliki karakteristik istimewa, yaitu :

1. Pusat belajar dan berakar dalam proses pembelajaran
Perhatian utama penilaian berbasis kelas tidak terletak pada perbaikan mengajar melainkan pada perhatian pendidik dan peserta didik dalam perbaikan hasil belajar. Adapun apabila guru melakukan perbaikan program pengajaran, tujuannya tidak lain adalah dalam rangka memperbaiki hasil belajar peserta didik.

Penilaian berbasis kelas dapat dipandang sebagai suatu usaha untuk membangun pembelajaran yang lebih baik yang salah satunya dengan melakukan umpan balik pada belajar peserta didik, agar lebih sistematik, fleksibel, dan efektif.

Penilaian berbasis kelas memberi suatu cara untuk melakukan penilaian secara menyeluruh dan sistematik dalam proses pembelajaran di kelas. Dengan demikian, penilaian berbasis kelas senantiasa berakar dalam proses pembelajaran. Karena difokuskan pada belajar, maka penilaian berbasis kelas memerlukan partisipasi aktif peserta didik. Dalam hal ini pendidik terus menerus memotivasi peserta didik agar hasil belajar mereka meningkat.


2. Umpan balik
Penilaian berbasis kelas dapat juga diartikan sebagai suatu alur proses umpan balik (feedback loop) di kelas. Pendidik maupun peserta didik dapat dengan cepat dan mudah menggunakan penilaian berbasis kelas sebagai umpan balik.

Penilaian berbasis kelas bukan hanya untuk memberi nilai atau skor (grading) peserta didik, tetapi juga untuk mendapatkan informasi bagi perbaikan mutu belajar peserta didik.

ENZIM


Enzim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia organik.
 Molekul awal yang disebut substrat akan dipercepat perubahannya menjadi molekul lain yangdisebut produk. Jenis produk yang akan dihasilkan bergantung pada suatu kondisi/zat, yangdisebut promoter. Semua proses biologis sel memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan cukup cepat dalam suatu arah lintasan metabolisme yang ditentukan oleh hormonsebagai promoter.Enzim bekerja dengan cara bereaksi dengan molekul substrat untuk menghasilkan senyawaintermediat melalui suatu reaksi kimia organik yang membutuhkan energi aktivasi lebihrendah, sehingga percepatan reaksi kimia terjadi karena reaksi kimia dengan energi aktivasilebih tinggi membutuhkan waktu lebih lama.

Meskipun senyawa katalis dapat berubah pada reaksi awal, pada reaksi akhir molekul katalisakan kembali ke bentuk semula.Sebagian besar enzim bekerja secara khas, yang artinya setiap jenis enzim hanya dapatbekerja pada satu macam senyawa atau reaksi kimia. Hal ini disebabkan perbedaan struktur kimia tiap enzim yang bersifat tetap. Sebagai contoh, enzim -amilase hanya dapat digunakanpada proses perombakan pati menjadi glukosa.Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama adalah substrat, suhu, keasaman,kofaktor dan inhibitor. Tiap enzim memerlukan suhu dan pH (tingkat keasaman) optimumyang berbeda-beda karena enzim adalah protein, yang dapat mengalami perubahan bentuk jika suhu dan keasaman berubah. Di luar suhu atau pH yang sesuai, enzim tidak dapat bekerjasecara optimal atau strukturnya akan mengalami kerusakan. Hal ini akan menyebabkan enzimkehilangan fungsinya sama sekali. Kerja enzim juga dipengaruhi oleh molekul lain. Inhibitor adalah molekul yang menurunkan aktivitas enzim, sedangkan aktivator adalah yangmeningkatkan aktivitas enzim. Banyak obat dan racun adalah inihibitor enzim.  

Etimologi dan Sejarah Enzim 
Eduard Buchner
Hal-ihwal yang berkaitan dengan enzim dipelajari dalamenzimologi.
 Dalam duniapendidikan tinggi, enzimologi tidak dipelajari tersendiri sebagai satu jurusan tersendiri tetapisejumlah program studi memberikan mata kuliah ini. Enzimologi terutama dipelajari dalamkedokteran, ilmu pangan, teknologi pengolahan pangan, dan cabang-cabang ilmu pertanian.     
Pada akhir tahun 1700-an dan awal tahun 1800-an, pencernaan daging oleh sekresi perut dan konversi pati menjadi gula oleh ekstrak tumbuhan dan ludah telah diketahui. Namun,mekanisme bagaimana hal ini terjadi belum diidentifikasi.Pada abad ke-19, ketika mengkaji fermentasi gula menjadi alkohol oleh ragi, Louis Pasteur menyimpulkan bahwa fermentasi ini dikatalisasi oleh gaya dorong vital yang terdapat dalamsel ragi, disebut sebagai "ferment", dan diperkirakan hanya berfungsi dalam tubuh organismehidup.  Ia menulis bahwa "fermentasi alkoholik adalah peristiwa yang berhubungan dengankehidupan dan organisasi sel ragi, dan bukannya kematian ataupun putrefaksi sel tersebut.Pada tahun 1878, ahli fisiologi Jerman Wilhelm Kühne (1837±1900) pertama kalimenggunakan istilah " enzyme ", yang berasal dari bahasa Yunaniyang berarti "dalambahan pengembang" (ragi), untuk menjelaskan proses ini. Kata "enzyme" kemudiandigunakan untuk merujuk pada zat mati seperti pepsin, dan kata ferment digunakan untuk merujuk pada aktivitas kimiawi yang dihasilkan oleh organisme hidup. Pada tahun 1897, Eduard Buchner memulai kajiannya mengenai kemampuan ekstrak ragiuntuk memfermentasi gula walaupun ia tidak terdapat pada sel ragi yang hidup. Pada sedereteksperimen di Universitas Berlin, ia menemukan bahwa gula difermentasi bahkan apabila selragi tidak terdapat pada campuran. Ia menamai enzim yang memfermentasi sukrosa sebagai "zymase" (zimase). Pada tahun 1907, ia menerima penghargaan Nobel dalam bidang kimia"atas riset biokimia dan penemuan fermentasi tanpa sel yang dilakukannya". Mengikutipraktek Buchner, enzim biasanya dinamai sesuai dengan reaksi yang dikatalisasi oleh enzimtersebut. Umumnya, untuk mendapatkan nama sebuah enzim, akhiran-ase ditambahkan padanama substrat enzim tersebut (contohnya: laktase, merupakan enzim yang mengurai laktosa)ataupun pada jenis reaksi yang dikatalisasi (contoh: DNA polimerase yang menghasilkanpolimer DNA).Penemuan bahwa enzim dapat bekerja diluar sel hidup mendorong penelitian pada sifat-sifatbiokimia enzim tersebut. Banyak peneliti awal menemukan bahwa aktivitas enzimdiasosiasikan dengan protein, namun beberapa ilmuwan seperti Richard Willstätter berargumen bahwa proten hanyalah bertindak sebagai pembawa enzim dan protein sendiritidak dapat melakukan katalisis.Namun, pada tahun 1926, James B. Sumner berhasil mengkristalisasi enzim urease danmenunjukkan bahwa ia merupakan protein murni. Kesimpulannya adalah bahwa proteinmurni dapat berupa enzim dan hal ini secara tuntas dibuktikan oleh Northrop dan Stanleyyang meneliti enzim pencernaan pepsin (1930), tripsin, dan kimotripsin. Ketiga ilmuwan inimeraih penghargaan Nobel tahun 1946 pada bidang kimia.Penemuan bahwa enzim dapat dikristalisasi pada akhirnya mengijinkan struktur enzimditentukan melalui kristalografi sinar-X. Metode ini pertama kali diterapkan pada lisozim,enzim yang ditemukan pada air mata, air ludah, dan telur putih, yang mencerna lapisanpelindung beberapa bakteri. Struktur enzim ini dipecahkan oleh sekelompok ilmuwan yang diketuai oleh David ChiltonPhillips dan dipublikasikan pada tahun 1965. Struktur lisozim dalam resolusi tinggi inimenandai dimulainya bidang biologi struktural dan usaha untuk memahami bagaimana enzimbekerja pada tingkat atom.  


 Enzim merupakan biomolekul yang mengkatalis reaksi kimia, di mana hampir semuaenzim adalah protein. Pada reaksi-reaksi enzimatik, molekul yang mengawali reaksi disebut substrat, sedangkanhasilnya disebut produk. Cara kerja enzim dalam mengkatalisis reaksi kimia substansi laintidak merubah atau merusak reaksi ini. 
Peran enzim dalam metabolism
 Metabolisme merupakan sekumpulan reaksi kimia yang terjadi pada makhluk hidup untuk menjaga kelangsungan hidup. Reaksi-reaksi ini meliputi sintesis molekul besar menjadimolekul yang lebih kecil (anabolisme) dan penyusunan molekul besar dari molekul yanglebih kecil (katabolisme). Beberapa reaksi kimia tersebut antara lain respirasi, glikolisis,fotosintesis pada tumbuhan, dan protein sintesis. Dengan mengikuti ketentuan bahwa suatureaksi kimia akan berjalan lebih cepat dengan adanya asupan energi dari luar (umumnyapemanasan), maka seyogyanya reaksi kimia yang terjadi pada di dalam tubuh manusia harusdiikuti dengan pemberian panas dari luar. Sebagai contoh adalah pembentukan urea yangsemestinya membutuhkan suhu ratusan derajat Celcius dengan katalisator logam, hal tersebuttidak mungkin terjadi di dalam suhu tubuh fisiologis manusia, sekitar 37° C. Adanya enzim yang merupakan katalisator biologis menyebabkan reaksi-reaksi tersebutberjalan dalam suhu fisiologis tubuh manusia, sebab enzim berperan dalam menurunkanenergi aktivasi menjadi lebih rendah dari yang semestinya dicapai dengan pemberian panasdari luar. Kerja enzim dengan cara menurunkan energi aktivasi sama sekali tidak mengubahG reaksi (selisih antara energi bebas produk dan reaktan), sehingga dengan demikian kerjaenzim tidak berlawanan dengan Hukum Hess 1 mengenai kekekalan energi. Selain itu, enzimmenimbulkan pengaruh yang besar pada kecepatan reaksi kimia yang berlangsung dalamorganisme. Reaksi-reaksi yang berlangsung selama beberapa minggu atau bulan di bawahkondisi laboratorium normal dapat terjadi hanya dalam beberapa detik di bawah pengaruhenzim di dalam tubuh. 
Pemanfaatan enzim sebagai alat diagnosis
 Pemanfaatan enzim untuk alat diagnosis secara garis besar dibagi dalam tiga kelompok:
1. Enzim sebagai petanda ( marker )
dari kerusakan suatu jaringan atau organ akibatpenyakit tertentu.
Penggunaan enzim sebagai petanda dari kerusakan suatu jaringan mengikuti prinsipbahwasanya secara teoritis enzim intrasel seharusnya tidak terlacak di cairan ekstrasel dalamjumlah yang signifikan. Pada kenyataannya selalu ada bagian kecil enzim yang berada dicairan ekstrasel. Keberadaan ini diakibatkan adanya sel yang mati dan pecah sehinggamengeluarkan isinya (enzim) ke lingkungan ekstrasel, namun jumlahnya sangat sedikir dantetap.   

  Apabila enzim intrasel terlacak di dalam cairan ekstrasel dalam jumlah lebih besar dari yangseharusnya, atau mengalami peningkatan yang bermakna/signifikan, maka dapat diperkirakanterjadi kematian (yang diikuti oleh kebocoran akibat pecahnya membran) sel secara besar-besaran. Kematian sel ini dapat diakibatkan oleh beberapa hal, seperti keracunan bahan kimia(yang merusak tatanan lipid bilayer), kerusakan akibat senyawa radikal bebas, infeksi (virus),berkurangnya aliran darah sehingga lisosom mengalami lisis dan mengeluarkan enzim-enzimnya, atau terjadi perubahan komponen membrane sehingga sel imun tidak mampu lagimengenali sel-sel tubuh dan sel-sel asing, dan akhirnya menyerang sel tubuh (penyakitautoimun) dan mengakibatkan kebocoran membrane.

Contoh penggunaan enzim sebagai petanda adanya suatu kerusakan jaringan adalah sebagaiberikut:

·         Peningkatan aktivitas enzim renin menunjukkan adanya gangguan perfusi darah keglomerulus ginjal, sehingga renin akan menghasilkan angiotensin II dari suatu proteinserum yang berfungsi untuk menaikkan tekanan darah
·         Peningkatan jumlah Alanin aminotransferase (ALT serum) hingga mencapai seratuskali lipat (normal 1-23 sampai 55U/L) menunjukkan adanya infeksi virus hepatitis,peningkatan sampai dua puluh kali dapat terjadi pada penyakit mononucleosisinfeksiosa, sedangkan peningkatan pada kadar yang lebih rendah terjadi pada keadaanalkoholisme.
·         Peningkatan jumlah tripsinogen I (salah satu isozim dari tripsin) hingga empat ratuskali menunjukkan adanya pankreasitis akut, dan lain-lain


2. Enzim sebagai suatu reagensia diagnosis.
Sebagai reagensia diagnosis, enzim dimanfaatkan menjadi bahan untuk mencari petanda(marker ) suatu senyawa. Dengan memanfaatkan enzim, keberadaan suatu senyawa petandayang dicari dapat diketahui dan diukur berapa jumlahnya. Kelebihan penggunaan enzimsebagai suatu reagensia adalah pengukuran yang dihasilkan sangat khas dan lebih spesifik dibandingkan dengan pengukuran secara kimia, mampu digunakan untuk mengukur kadar senyawa yang jumlahnya sangat sedikit, serta praktis karena kemudahan dan ketepatannyadalam mengukur. Contoh penggunaan enzim sebagai reagen adalah sebagai berikut:

·         Uricase yang berasal dari jamur Candida utilisdan bakteri Arthobacter globiformis dapat digunakan untuk mengukur asam urat.

·         Pengukuran kolesterol dapat dilakukan dengan bantuan enzim kolesterol-oksidaseyang dihasilkan bakteri Pseudomonas fluorescens
·         Pengukuran alcohol, terutama etanol pada penderita alkoholisme dan keracunanalcohol dapat dilakukan dengan menggunakan enzim alcohol dehidrogenase yangdihasilkan oleh Saccharomyces cerevisciae dan lain-lain. 

3. Enzim sebagai petanda pembantu dari reagensia.
Sebagai petanda pembantu dari reagensia, enzim bekerja dengan memperlihatkan reagensialain dalam mengungkapkan senyawa yang dilacak. Senyawa yang dilacak dan diukur samasekali bukan substrat yang khas bagi enzim yang digunakan. Selain itu, tidak semua senyawamemiliki enzimnya, terutama senyawa-senyawa sintetis. Oleh karena itu, pengenalanterhadap substrat dilakukan oleh antibodi.   
  Adapun dalam hal ini enzim berfungsi dalam memperlihatkan keberadaan reaksi antaraantibodi dan antigen. Contoh penggunaannya adalah sebagai berikut:
·         Pada teknik imunoenzimatik ELISA (Enzim Linked Immuno Sorbent Assay), antibodimengikat senyawa yang akan diukur, lalu antibodi kedua yang sudah ditandai denganenzim akan mengikat senyawa yang sama. Kompleks antibodi-senyawa-antibodi inilalu direaksikan dengan substrat enzim, hasilnya adalah zat berwarna yang tidak dapatdiperoleh dengan cara imunosupresi biasa. Zat berwarna ini dapat digunakan untuk menghitung jumlah senyawa yang direaksikan. Enzim yang lazim digunakan dalamteknik ini adalah peroksidase, fosfatase alkali, glukosa oksidase, amilase,galaktosidase, dan asetil kolin transferase.
·         Pada teknik EMIT (Enzim Multiplied Immunochemistry Test ), molekul kecil sepertiobat atau hormon ditandai oleh enzim tepat di situs katalitiknya, menyebabkanantibodi tidak dapat berikatan dengan molekul (obat atau hormon) tersebut. Enzimyang lazim digunakan dalam teknik ini adalah lisozim, malat dehidrogenase, dangluksa-6-fosfat dehidrogenase. 
Pemanfaatan enzim di bidang pengobatan
 Pemanfaatan enzim dalam pengobatan meliputi penggunaan enzim sebagai obat, pemberiansenyawa kimia untuk memanipulasi kinerja suatu enzim dengan demikian suatu efek tertentudapat dicapai (enzim sebagai sasaran pengobatan), serta manipulasi terhadap ikatan protein-ligan sebagai sasaran pengobatan. 

1.      Penggunaan enzim sebagai obat biasanya mengacu kepada pemberian enzim untuk mengatasi defisiensi enzim yang seyogyanya terdapat di dalam tubuh manusia untuk mengkatalis rekasi-reaksi tertentu. Berdasarkan lamanya pemberian enzim sebagaipengobatan, maka keadaan defisiensi enzim dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu keadaandefisiensi enzim yang bersifat sementara dan bersifat menetap. Contoh keadaan defisiensienzim yang bersifat sementara adalah defisiensi enzim-enzim pencernaan. Seperti yangdiketahui, enzim-enzim pencernaan sangat beragam, beberapa di antaranya adalah proteasedan peptidase yang mengubah protein menjadi asam amino, lipase yang mengubah lemak menjadi asam lemak, karbohidrase yang mengubah karbohidrat seperti amilum menjadiglukosa serta nuklease yang mengubah asam nukleat menjadi nukleotida. Adapun defisiensienzim yang bersifat menetap menyebabkan banyak kelainan, yang biasanya juga disebutsebagai kelainan genetic mengingat enzim merupakan protein yang ditentukan oleh gen.Contoh kelainan akibat defisiensi enzim antara lain adalah hemofilia. Hemofilia adalah suatukeadaan di mana penderita mengalami kesulitan penggumpalan darah (cenderung untuk pendarahan) akibat defisiensi enzim-enzim terkait penggumpalan darah. Saat ini telahdiketahui ada tiga belas faktor, sebagian besar adalah protease dalam bentuk proenzim, yangdiperlukan dalam proses penggumpalan darah. Pada penderita hemofilia, terdapatgangguan/defisiensi pada faktor VIII (Anti-Hemophilic Factor ), faktor IX, dan faktor XI.Kelainan ini dapat diatasi dengan transfer gen yang mengkode faktor IX. Diharapkan gentersebut dapat mengkode enzim-enzim protease yang diperlukan dalam proses penggumpalandarah

2. Enzim sebagai sasaran pengobatan merupakan terapi di mana senyawa tertentu digunakanuntuk memodifikasi kerja enzim, sehingga dengan demikian efek yang merugikan dapatdihambat dan efek yang menguntungkan dapat dibuat. Berdasarkan sasaran pengobatan,dapat dibagi menjadi terapi di mana enzim sel individu menjadi sasaran dan terapi di manaenzim bakteri patogen yang menjadi sasaran. 
a) Pada terapi di mana enzim sel individu sebagai sasaran kinerja terapi, digunakan senyawa-senyawa untuk mempengaruhi kerja suatu enzim sebagai penghambat bersaing. Contohpenyakit yang dapat diobati dengan terapi ini adalah: 
·         Diabetes Melitus. Pada penyakit Diabetes Melitus, senyawa yang diinduksikan adalahakarbosa (acarbose), di mana akarbosa akan bersaing dengan amilum makanan untuk mendapatkan situs katalitik enzim amilase (pankreatik -amilase) yang seyogyanyaakan mengubah amilum menjadi glukosa sederhana. Akibatnya reaksi tersebut akanterganggu, sehingga kenaikan gula darah setelah makan dapat dikendalikan.
·         Penumpukan cairan. Enzim anhidrase karbonat merupakan enzim yang mengatur pertukaran H dan Na di tubulus ginjal, di mana H akan terbuang keluar bersama urine,sedangkan Na akan diserap kembali ke dalam darah. Adalah senyawa turunansulfonamida, yaitu azetolamida yang berfungsi menghambat kerja enzim tersebutsecara kompetitif sehingga pertukaran kation di tubulus ginjal tidak akan terjadi. IonNa akan dibuang keluar bersama dengan urine. Sifat ion Na yang higroskopismenyebabkan air akan ikut keluar bersamaan dengan ion Na; hal ini membawakeuntungan apabila terjadi penumpukan cairan bebas di ruang antar sel (udem).Dengan kata lain senyawa azetolamida turut berperan dalam menjaga kesetimbangancairan tubuh.
·         Pengendalian tekanan darah diatur oleh enzim renin-EKA dan angiosintase. Enzimrenin-EKA berperan dalam menaikkan tekanan darah dengan menghasilkan produk angiotensin II, sedangkan angiosintase bekerja terbalik dengan mengurangi aktivitasangiotensin II. Untuk menghambat kenaikan tekanan darah, maka manipulasiterhadap kerja enzim khususnya EKA dapat dilakukan dengan pemberian obatpenghambat EKA (ACE Inhibitor).
·         Mediator radang prostaglandin yang dibentuk dari asam arakidonat melibatkan duaenzim, yaitu siklooksigenase I dan II (cox 1 dan cox II). Ada obat atau senyawatertentu yang mempengaruhi kinerja cox 1 dan cox II sehingga dapat digunakan untuk mengurangi peradangan dan rasa sakit.
·         Dengan menggunakan prinsip pengaruh senyawa terhadap enzim, maka enzim yangberfungsi untuk memecah AMP siklik (cAMP) yaitu fosfodiesterase (PD) dapatdihambat oleh berbagai senyawa, antara lain kafein (trimetilxantin), teofilin,pentoksifilin, dan sildenafil. Teofilin digunakan untuk mengobati sesak nafas karenaasma, pentoksifilin digunakan untuk menambah kelenturan membran sel darah merahsehingga dapat memasuki relung kapiler, sedangkan sildenafil menyebabkan relaksasikapiler di daerah penis sehingga aliran darah yang masuk akan bertambah dantertahan untuk beberapa saat.
·         Penyakit kanker merupakan penyakit sel ganas yang harus dicegah penyebarannya.Salah satu cara untuk mencegah penyebarannya adalah dengan menghambat mitosissel ganas. Seperti yang diketahui, proses mitosis memerlukan pembentukan DNAbaru (purin dan pirimidin). 
Pada pembentukan basa purin, terdapat dua langkah reaksi yang melibatkan formilasi(penambahan gugus formil) dari asam folat yang telah direduksi. Reduksi asam folatini dapat dihambat oleh senyawa ametopterin sehingga sintesis DNA menjadi tidak berlangsung. Selain itu penggunaan azaserin dapat menghambat biosintesis purinyang membutuhkan asam glutamate. 6-aminomerkaptopurin juga dapat menghambatadenilosuksinase sehingga menghambat pembentukan AMP (salah satu bahan DNA). 
·         Pada penderita penyakit kejiwaan, pemberian obat anti-depresi (senyawa) inhibitor monoamina oksidase (MAO inhibitor) dapat menghambat enzim monoamina oksidaseyang mengkatalisis oksidasi senyawa amina primer yang berasal dari hasildekarboksilasi asam amino. Enzim monoamina oksidase sendiri merupakan enzimyang mengalami peningkatan jumlah ada sel susunan saraf penderita penyakitkejiwaan. 
b) Pada terapi di mana enzim mikroorganisme yang menjadi sasaran kerja, digunakan prinsipbahwa enzim yang dibidik tidak boleh mengkatalisis reaksi yang sama atau menjadi bagiandari proses yang sama dengan yang terdapat pada sel pejamu. Hal ini bertujuan untuk melindungi sel pejamu, sekaligus meningkatkan spesifitas terapi ini. Karena yang dibidik adalah enzim mikroorganisme, maka penyakit yang dihadapi kebanyakan adalah penyakit-penyakit infeksi. Contoh terapi dengan menjadikan enzim mikroorganisme sebagai sasarankerja antara lain:
·         Pada penyakit tumor, sel tumor dapat dikendalikan perkembangannya denganmenghambat mitosisnya. Mitosis sel tumor membutuhkan DNA baru (purin danpirimidin baru). Proses ini membutuhkan asam folat sebagai donor metil yang dapatdibuat oleh mikroorganisme sendiri dengan memanfaatkan bahan baku asam-aminobenzoat (PABA), pteridin, dan asam glutamat. Suatu analog dari PABA, yaitusulfonamida dan turunannya dapat dimanfaatkan untuk menghambat pemakaianPABA untuk membentuk asam folat.
·         Penggunaan antibiotika, yaitu senyawa yang dikeluarkan oleh suatu mikroorganismedi alam bebas dalam rangka mempertahankan substrat dari kolonisasi olehmikroorganisme lain dalam memperebutkan sumber daya, juga berperan dalam terapi.Contohnya adalah penisilin, suatu antibiotik yang menghambat enzim transpeptidaseyang mengkatalisis dipeptida D-alanil D-alanin sehingga peptidoglikan di dinding selbakteri tidak terbentuk dengan sempurna. Bakteri akan rentan terhadap perbedaantekanan osmotik sehingga gampang pecah.
·         Perbedaan mekanisme sintesis protein antara mikroorganisme dan sel pejamu jugadapat dimanfaatkan sebagai salah satu prinsip terapi. Penggunaan antibiotika tertentudapat menghambat sintesis protein pada mikroorganisme. Contohnya antara lain:
Ø Tetrasiklin yang menghambat pengikatan asam amino-tRNA pada situs inisiator subunit30S dari ribosom sehingga asam amino tidak dibawa oleh tRNA.
Ø Streptomisin yang berikatan langsung dengan subunit 50S dari ribosom sehingga lajusintesis protein berkurang dan terbentuk protein yang tidak semestinya akibat kesalahan bacakodon mRNA.
Ø Kloramfenikol yang menyaingi mRNA untuk duduk di ribosom
Ø Neomisin B yang mengubah pengikatan asam amino-tRNA ke kompleks mRNA ribosom.

3. Interaksi protein-ligan sebagai sasaran pengobatan. Pengobatan dengan sasaran interaksiprotein-ligan mengacu kepada prinsip interaksi sistem mediator-reseptor, di mana apabilamediator disaingi oleh molekul analognya sehingga tidak dapat berikatan dengan reseptor,sehingga efek dari mediator tersebut tidak terjadi. Contoh pengobatan dengan menjadikaninteraksi protein-ligan sebagai sasarannya antara lain: 
a) Pengendalian tekanan darah yang diatur oleh hormon adrenalin.Reseptor yang terdapat pada hormon adrenalin,
b) Penggunaan antihistamin untuk tujuan tertentu.Histamin merupakan turunan asam amino histidin yang berperan sangat luas, mulai darineuromediator, mediator radang pada kapiler, meningkatkan pembentukan dan pengeluaranasam lambung HCl, kontraksi otot polos di bronkus, dan lain-lain. Tidak jarang ketikamisalnya terjadi peradangan yang memicu pengeluaran histamin, terjadi efek-efek lain sepertisakit perut dan lain-lain. Untuk itu dikembangkan senyawa spesifik yang mampu bekerjasebagai pesaing histamin, yaitu antihistamin. Dengan adanya antihistamin ini, maka responyang ditimbulkan akibat kerja histamin dapat ditekan.

Sabtu, 26 November 2011

makalah pengaruh allelopati pada perkecambahan


MAKALAH EKOLOGI TUMBUHAN


PENGARUH ALLELOPATI JENIS TUMBUHAN
TERHADAP PERKECAMBAHAN



OLEH :

DUMORA MANURUNG
GRESYA HUTABARAT
JHON HERY MANURUNG
LESTARI DOLOKSARIBU
NURY SYAHPUTRI HARAHAP
SITI NURHAYATI TAMBUNAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2011
ABSTRAK

Praktikum yang berjudul, “Pengaruh Allelopati Jenis Tumbuhan Terhadap Perkecambahan bertujuan untuk mempelajari pengaruh allelopati dari jenis tumbuhan terhadap perkecambahan tanaman. Praktikum dilaksanakan pada hari Jum’at. Bertempat di Laboratorium Ekologi Tumbuhan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan (UNIMED), Medan. Alat yang digunakan adalah blender, cawan petri, corong penyaring, gelas ukur 10 cc, kapas/tissue,
Kertas saring, mangkuk pengerus (lumping dan alu), penggaris, pipet tetes, piring plastik, dan pisau/gunting sedangkan bahan yang digunakan adalah ekstrak Acacia mangium (akasia) dan ekstrak Imperata cylindrica (alang-alang) , akuades, Phaseolus radiates (kacang hijau), Zea mays (jagung). Dari percobaan, didapat hasil yaitu kita dapat mengetahui pengaruh allelopati Acacia mangium dan Imperata cylindrica terhadap pertumbuhan Phaseolus radiatus dan Zea mays, serta faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan. Kesimpulan yang didapat pada praktikum ini adalah allelopati menghambat pertumbuhan tumbuhan jenis lain yang tumbuh yang bersaing dengan tumbuhan allelopati tersebut.








BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
            Alelopati merupakan suatu peristiwa dimana suatu individu tumbuhan yang menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat pertumbuhan jenis yang lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut. Istilah ini mulai digunakan dan diartikan sebagai pengaruh negatif dari suatu jenis tumbuhan tingkat tinggi terhadap perkecambahan, pertumbuhan, dan pembuahan jenis-jenis lainnya. Kemampuan untuk menghambat pertumbuhan tumbuhan lain merupakan akibat adanya suatu senyawa kimia tertentu yang terdapat pada suatu jenis tumbuhan.
            Terlepas dari suatu kenyataan bahwa ekstrak suatu tanaman bukanlah material percobaan yang cicik, karena tidak terdapat di alam. Ekstrak tersebut sering sekali tidak steril sehingga transformasi bakteri barang kali telah berlangsung dan biasanya tanaman-tanaman tersebut tidak memiliki hubungan ekologis. Penelitian seperti ini sulit ditafsirkan. Pertanyaannya adalah apakah beberapa tanaman mempunyai suatu pegaruh toksik pada tanaman lainnya yang tumbuh di lapangan dan ini harus terpisah dari setiap kompetisi untuk cahaya, air dan hara. Itulah sebabnya mengapa kita perlu mempelajari pengaruh alelopati ini terhadap tumbuhan lain.
Penerapan alelopati dalam pertanian secara garis besar adalah untuk mengendalikan gulma dan penyakit menggunakan bahan yang berasal dari tumbuhan atau mikroorganisme. Penggunaan pestisida yang berasal dari tumbuhan bersifat relatif aman, karena berbeda dengan bahan kimia sintetis, bahan alami  mudah terurai sehingga tidak akan meninggalkan residu di tanah atau air, dan oleh karena itu tidak menimbulkan pencemaran. Penanaman tanaman produksi maupun non-produksi yang alelopatik terhadap gulma atau patogen bahkan dapat dikatakan tidak menimbulkan efek negatif terhadap lingkungan dan manusia, dan murah bagi petani sehingga petani tidak perlu menambahkan input dari luar.
Diperkirakan ada sekitar 641/2 juta hektar padang rumput di Indonesia, di mana sebagian besar Imperata. Di Indonesia nampaknya Imperata bukan merupakan jenis tumbuhan alamiah. Hampir seluruhnya terbentuk ada di ladang karena rumput-rumput ini akan merupakan saingan bagi tanaman budaya dan akan merupakan tanaman yang tidak disenangi bagi ladang-ladang yang baru saja dibero karena rumput-rumput ini akan menghambat penghutanan kembali sehingga akan memperlama waktu bero yang diperlukan sebelum tanah tersebut bisa digarap kembali. Sifat-sifat dari tanaman ini yang sangat membutuhkan banyak sinar, tingginya tanaman, kecepatannya tumbuh, dan daun-daunnya yang rimbun, kesemuanya merupakan faktor saingan bagi tumbuhan rumput yang telah ada di tempat-tempat seperti itu (Dove dan Martopo,1987).
Gulma adalah tanaman tumbuhan liar yang tidak dikehendaki tumbuh di antara tanaman pokok. Beberapa gulma sering menjadi inang hama dan penyakit tanaman tertentu atau mengandung zat tertentu (zat allelophaty) yang dapat merugikan tanaman pokok. Persaingan gulma pada awal pertumbuhan akan mengurangi kuantitas hasil, sedangkan persaingan dan gangguan gulma menjelang panen berpengaruh besar terhadap kualitas hasil. Perbedaan cara penanaman, laju pertumbuhan dan umur varietas yang ditanam, dan tingkat ketersediaan unsur hara juga akan menentukan besarnya persaingan gulma dengan tanaman (Djojosumarto, 2001).
Untuk melihat lebih lanjut dan langsung mengamati perngaruh allelopati dari    alang-alang (Imperata cylindrica) dan akasia (Acacia mangium), terhadap perkecambahan jenis tumbuhan lain, maka dilakukan suatu percobaan. Dimana dari jenis tumbuhan alang-alang (Imperata cylindrica) dan akasia   (Acacia mangium), akan dibuatkan suatu ekstrak yang kemudian didalamnya akan dimasukkan beberapa jenis biji tanaman. Dan dalam percobaan ini jenis biji yang akan digunakan yaitu biji Kacang Hijau dan jagung.


Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum adalah bagaimana pengaruh ekstrak daun Acacia mangium dan imperata cylindrica terhadap perkecambahan dan pertumbuhan Phaseolus radiates dan Zea mays.

Batasan Masalah
Batasan masalah pada praktikum adalah pengamatan perkecambahan biji  Phaseolus radiates dan Zea mays (persen perkecambahan) serta pengamatan pertumbuhan fase vegetatif Phaseolus radiates dan Zea mays (tinggi tanaman) yang telah diberi ekstrak daun Acacia mangium dan imperata cylindrica.


Tujuan Praktikum
            Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh allelopati dari beberapa jenis tanaman terhadap perkecambahan atau pertumbuhan jenis tumbuhan lain.
Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh yang diberikan alelopati Acacia mangium dan imperata cylindrical  terhadap perkecambahan biji dan pertumbuhan vegetatif tanaman uji Phaseolus radiates dan Zea mays.



TINJAUAN PUSTAKA
            Alelopati merupakan sebuah fenomena yang berupa bentuk interaksi antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya melalui senyawa kimia. Pendapat lain mengungkapkan bahwa alelopati merupakan suatu peristiwa dimana suatu individu tumbuhan yang menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat pertumbuhan jenis yang lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut. Istilah ini diartikan sebagai pengaruh negatif dari suatu jenis tumbuhan tingkat tinggi terhadap perkecambahan, pertumbuhan, dan pembuahan jenis-jenis lainnya. Kemampuan untuk menghambat pertumbuhan tumbuhan lain merupakan akibat adanya suatu senyawa kimia tertentu yang terdapat pada suatu jenis tumbuhan (Indriyanto, 1999).
            Dalam persaingan antara individu-individu dari jenis yang sama atau jenis yang berbeda untuk memperebutkan kebutuhan-kebutuhan yang sama terhadap factor-faktor pertumbuhan, kadang-kadang sustu jenis tanaman mengeluarkan suatu jenis senyawa kimia yang dapat mempengaruhi pertumbuhan jenis-jenis tanaman lain dan mungkin juga dapat  mempengaruhi pertumbuhan dari anakannya sendiri, dan inilah yang merupakan suatu peristiwa yang dikenal dengan allelopati (Onrizal. 2008).
Tumbuhan juga dapat bersaing antara sesamanya dengan secara interaksi biokimia, yaitu salah satu tumbuhan mengeluarkan senyawa beracun ke sekitarnya dan dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan tunbuhan lainnya. Interaksi antara gulma dan pertanaman antara lain menyebabkan gangguan perkecambahan biji, kecambah jadi abnormal, pertumbuhan memanjang akar terhambat, perubahan susunan sel-sel akar dan  lain sebagainya. Persaingan yang timbul akibat dikeluarkannya zat yang meracuni tumbuhan lain disebut allelophaty, senyawa-senyawa kimia yang mempunyai potensi allelophaty dapat ditemukan di setiap organ tumbuhan, antara lain terdapat pada: daun, batang, akar, rhizoma, buah, biji dan umbi serta bagian-bagian tumbuhan yang membusuk. Umumnya senyawa yang dikeluarkan adalah dari golongan fenol. Species gulma yang diketahui mengeluarkan senyawa-senyawa beracun adalah alang-alang (Imperata cylindrica), teki (Cyperus rotundus), Agropyron intermedium, Salvia lencophyella, Cynodon dactylon, Cyperus esculentus dan lainnya. Sehingga gulma merupakan persaingna lami yang kuat dengan daya kecambah yang tinggi dan lahan tahan terhadap gangguan tanah, pertumbuhan cepat, daya regenerasi kuat (gulma tahunan), tidak peka terhadap sinar matahari yang kurang akibat penaungan tumbuhan lain, tingkat absorpsi dan penggunaan unsur hara dan air yang besar, dan daya penyesuaian terhadap iklim yang luas. Gulma yang menimbulkan persaingan berat terhadap tanaman adalah yang memiliki tajuk dan perakaran yang luas dan banyak, pertumbuhan yang cepat, waktu berkecambah dan pemunculan yang lebih awal dari tanaman, kerapatan yang cepat meninggi dan berjalur fotosintesis C4 (Sukman dan Yakup, 1995).
Alang-alang (Imperata cylindrica) merupakan gulma tahunan yang keberadaannya sangat tidak dikehendaki oleh kaum petani khususnya. Tumbuhan ini banyak terdapat di lahan pertanian di daerah tropis dan subtropis. Alang-alang dapat menghasilkan hormon alelopati, yaitu zat yang dapat mematikan tumbuhan lain. Akibat pada suatu lahan dapat terjadi monokultur, dan yang ada hanya alang-alang. Dengan mengacu pada kemampuan alelopati untuk mematikan tumbuhan lain, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh alelopati yang terdapat pada rimpang alang-alang terhadap pertumbuhan gulma teki (Cyperus rotundus) (Wijaya, 1998).
Pengaruh allelopati bagi tumbuhan:
1.      Menghambat penyerapan hara oleh akar tanaman
2.      Menghambat pembelahan sel
3.      Menghambat pertumbuhan tanaman
4.      Menghambat aktivitas fotosintesis
5.      Memacu atau menghambat respirasi
6.      Mempengaruhi sintesis protein
7.      Menurunkan permeabilitas membran
8.      Menghambat aktivitas enzim
9.      Menghambat fiksasi N dan nitrifikasi (Soejono, 2007).
Kehadiran tumbuhan yang mengeluarkan bahan kimia seperti penghambat pertumbuhan spesies lain di sekitarnya. Pengaruh bahan kimia dapat menyebabkan pertumbuhan yang terhambat sama sekali, pertumbuhan terlambat. Apabila terjadi pertumbuhan yang sama sekali terhambat maka akibatnya dapat terlihat dari bentuk daerah yang gundul disekitar tumbuhan yang mengeluarkan bahan kimia itu. Gejala ini sering disebut allelopati (Ewusei, 1990).
Allelokimia (senyawa penyebab allelopati) berasal dari bagian yang berbeda pada tumbuhan penghasilnya; akan tetapi, bagian terpenting sebagai sumber allelokimia adalah akar dan daun. Eksudat akar berperan aktif dalam pengaturan sismbiosis dan proteksi tumbuhan terhadap mikroorganisme. Dalam interaksi allelopati, tumbuhan donor menggunakan metabolit sekunder yang dikeluarkan akar ke rizosfir untuk mengganggu pertumbuhan tumbuhan lain di sekitarnya (Bais et al., 2004).
Peristiwa allelopati ialah peristiwa adanya pengaruh jelek dari zat kimia (allelopat) yang dikeluarkan tumbuhan tertentu yang dapat merugikan pertumbuhan tumbuhan lain yang tumbuh di sekitarnya.Pertumbuhan jagung banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor genetic dan lingkungan, diantara faktor lingkungan adalah adanya persaingan dengan gulma. Pertumbuhan gulma disekitar tanaman jagung perlu dikendalikan karena menurunkan kualitas dan kuantitas hasil panen (Kurniawan, 2006).
Allelopati adalah produksi substansi (zat) oleh suatu tanaman yang merugikan tanaman lain atau mikroba. Ini merupakan topic yang kontroversi (bertentangan). Masalahnya adalah bahwa tanaman mengandung substansi yang sangat luas yang bersifat toksik dan beberapa percobaan berusaha mendemonstrasikan pengaruh allelopati dengan memberikan ekstrak suatu tanaman kepada biji-biji ataupun bibit tanaman lain. Terlepas dari kenyataan bahwa ekstrak suatu tanaman bukanlah material percobaan yang cocok, karena tidak terdapat di alam, ekstrak tersebut sering kali tidak steril sehingga transformasi bakteri barangkali telah berlangsung dan biasanya tanaman-tanaman tersebut tidak memiliki hubungan ekologi (Fitter dan Hay, 2000).
























BAB II
METODOLOGI

Waktu dan Tempat
            Adapun Praktikum Ekologi Tumbuhan yang berjudul “ Pengaruh Allelopati Beberapa Jenis Tumbuhan Terhadap Perkecambahan Beberapa tanaman”  dilaksanakan pada tanggal 18 September – 24 September 2010  , pukul 14.00 WIB di Ruang Laboratorium Ekologi Tumbuhan, Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, Medan.

Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1.     Bagian akar atau daun alang-alang (Imperata cylindrica), dan daun akasia (Acacia mangium), sebagai bahan pembuat ekstrak.
2.     Biji jagung, biji kacang hijau, sebagai bahan percobaan (biji yang akan dikecambahkan).
3.     Air, fungsinya untuk membasahi kapas dan pengenceran ekstrak sebagai media tanam.
4.     Kapas, sebagai bahan media tanam.
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1.     Blender atau mangkok penggerus, fungsinya sebagai alat penghalus bagian akar atau daun alang-alang (Imperata cylindrica), daun akasia (Acacia mangium).
2.     Pipet tetes, fungsinya untuk meneteskan ekstrak pada cawan petri (petri dish) yang berisi biji kacang hijau dan biji jagung.
3.     Kertas saring, fungsinya untuk menyaring ekstrak.
4.     Gelas ukur, fungsinya untuk mengukur volume ekstrak..
5.     Pisau atau gunting, fungsinya untuk memotong bagian akar atau daun alang-alang (Imperata cylindrica) dan daun akasia (Acacia mangium).


C. Prosedur kerja
1.     Dibuat ekstrak alang-alang dan akasia dengan cara sebagai berikut :
a.     Dihancurkan dan dihaluskan bagian tumbuhan yang dipilih tersebut dengan mangkok penggerus atau blender.
b.     Dibuat ekstrak atau hasil rendaman bagian tumbuhan tersebut dengan air, dengan perbandingan bagian tumbuhan : air adalah 1 : 7, 1 : 14, dan 1 : 21 dan dibiarkan selam 24 jam. Setelah 24 jam, saringlah ekstrak yang diperoleh dengan menggunakan alat penyaring.
2.     Diletakan biji kacang hijau dan jagung pada cawan petri, masing-masing 10 biji pada masing-masing 4 cawan. Sebelumnya di dalam gelas aqua sudah dimasukkan kapas yang dibasahi dengan air.
3.     Ditetesi sebanyak 10 tetes ekstrak allelopati ke dalam gelas aqua yang telah berisi biji kacang hijau dan jagung.
4.     Dipilih kombinasi perlakuan oleh masing-masing kelompok, biji kacang hijau dan jagung dengan perlakuan (kontrol dan perlakuan ekstrak dengan salah satu konsentrasi 1 : 7, atau 1 : 14, atau 1 : 21).
5.     Tiap kelompok terdapat 4 (empat) perlakuan dengan masing-masing perlakuan 3 (tiga) ulangan.
6.     Diamati perkecambahan biji-biji tersebut selama 1 minggu, tentukan persen kecambahnya dan ukur panjang kecambahnya.
7.     Dengan menggunakan rancangan percobaan acak lengkap gunakan sidik ragam untuk mengetahui pengaruh perlakuan pemberian ekstrak bahan allelopati terhadap respon tumbuhan.





HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
            Berdasarkan hasil pengamatan dan pendataan yang dilakukan terhadap percobaan maka diperoleh data sebagai berikut :
1.     Perlakuan ekstrak Akasia (Acacia mangium)  terhadap jagung (Zea mays)
Ulangan
Kontrol
1:7
1:14
1:21
1
5,54
5,14
7,03
6,87
24,58
2
4,83
3,43
6,04
2,16
16,46
3
7,04
7,46
2,71
6,91
24,12
Total
17,41
16,03
15,78
15,94
65,16

Faktor koreksi
= V2
   12
= (65,16)2 = (4245,826) = 353,819
       12                12

 Jangkauan kuadrat tengah (JKT) 
= [(5,54)2 + (5,14)2 + (7,03)2 + (6,87)2 + (4,83)2 + (3,43)2 + (6,04)2+ (2,16)2 + (7,04)2 + (7,46)  + (2,71)2 + (6,91)2] - (353,819)
= [(30.69) + (26,42) + (49,42) + (47,20) + (23,33) + (11,76) + (36,48) + (4,67) + (49,56) + (55,652) + (7,34) + (47,75) ] - (353,819)
= [(390,272) - (353,819)]
= 36,453

Jangkauan kuadrat perlakuan (JKP)
=[ (17,41)2 + (16,03)2 + (15,78)2 + (15,94)2 ] – 353,819
                                    3
=[ (303,108) + (256,961) + (249,008) + (254,084) ] – 353,819
                                    3
= (1063,161) – 353,819 
         3
= 354,387 – 353,819
= 0,568

Jangkauan Kuadrat Galat (JKG)
JKG     = JKT − JKP
            = 27,932 – 0,568
= 27,364

2.     Perlakuan ekstrak Alang-alang  terhadap Zea mays
Ulangan
Kontrol
1:7
1:14
1:21
1
5,54
4,85
9,65
8,68
28,59
2
4,83
6,22
8,01
8,44
27,52
3
7,04
6,34
8,85
5,4
27,53
Total
17,41
17,41
26,51
22,52
83,64

Faktor koreksi
= V2
   12
= (83,64)2 = (6995,65)2 = 582, 971
       12                12

Jangkauan kuadrat tengah (JKT) 
= [(5,41)2 + (4,85)2 + (9,65)2 + (8,68)2 + (4,85)2 + (6,22)2 + (8,01)2 + (8,44)2 + (6,94)2 + (6,34)2 + (8,85)2 + (5,4)2] - ( 582, 971)
= [(29,27) + (23,52) + (93,12) + (75,34) + (23,52) + (38,69) + (64,16) + (71,23) + (48,16) + (40,20) + (78,32) + (29,16)] - (582,971)
= [ (614,69) - (582,971) ]
= 31,719
Jangkauan kuadrat perlakuan (JKP)
= [ (17,41)2 + (17,41)2 + (26,51)2 + (22,52)2] – 582,971
                                    3

= [(303,108) + (303,108) + (702,780) + (507,150)] – 582,971
                                    3

= 605,382 – 582,971
= 22,411

3.     Perlakuan ekstrak Akasia (Acacia mangium)  terhadap kacang hijau (Phaseolus radiatus)
Ulangan
Kontrol
1:7
1:14
1:21
1
1
-
-
-
1
2
1,5
-
-
-
1,5
3
2
0,7
0,4
0,2
3,3
Total
4,5
0,7
0,4
0,2
5,8


Faktor koreksi
= V2
   12
= (5,8)2 = (33,64) = 2,803
     12           12





 Jangkauan kuadrat tengah (JKT) 
= [(1)2 + (1,5)2 + (2)2 + (0,7)2 + (0,4)2 + (0,2)2 ] - (2,803)
= [(1) + (2,25) + (4) + (0,49) + (0,16) + (0,04)] - (2,803)
= [(7,94) - (2,803)]
= 5,137

Jangkauan kuadrat perlakuan (JKP)
=[ (4,5)2 + (0,7)2 + (0,4)2 + (0,2)2 ] – 2,803
                          3
=[ (20,25) + (0,49) + (0,16) + (0,04) ] – 2,803
                           3
= (20,94) – 2,803
        3
= 6,98 – 2,803
= 4,177

Jangkauan Kuadrat Galat (JKG)
JKG     = JKT − JKP
            = 5,137 – 4,177
  = 0,960









4.     Perlakuan ekstrak Alang-alang  terhadap Zea mays
Ulangan
Kontrol
1:7
1:14
1:21
1
1,3
-
-
-
1,3
2
1,8
-
-
-
1,8
3
2,4
-
-
-
2,4
Total
5,5
-
-
-
5,5

Faktor koreksi
= V2
   12
= (5,5)2 = (30,25)2 = 2,52
     12           12


Jangkauan kuadrat tengah (JKT) 
= [(1,3)2 + (1,8)2 + (2,4)2 ] - (2,52)
= [(1,69) + (3,24) + (5,76)] - (2,52)
= [ (10,69) - (2,52) ]
= 8,17





Jangkauan kuadrat perlakuan (JKP)
= [ (5,5)2 ] – 8,17
         3

= [(30,25)] – 8,17
           3

=  10,083 – 8,17
= 1,913


Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh, maka dapat dapat dilihat bahwa F.hitung yang lebih besar daripada F.tabel, untuk F.Hitung pada ekstrak alang-alang (Imperata cilindryca) adalah  4,562 dan untuk ekstrak akasia (Acacia mangium) adalah 0,055 maka dapat diamati bahwa yang berpengaruh besar terhadap perkecambahan jagung dalam percobaan ini adalah ekstrak alang-alang.
Allelopati yang berasal dari pinus berpengaruh terhadap perkecambahan jagung. Allelopati yang dihasilkan dari ekstrak tersebut sangat berpengaruh pada perkecambahan. Hal ini sesuai dengan literature yang dikemukakan oleh                                       Indriyanto (1999), yang menyatakan bahwa alelopati merupakan suatu peristiwa dimana suatu individu tumbuhan yang menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat pertumbuhan jenis yang lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut. Istilah ini diartikan sebagai pengaruh negatif dari suatu jenis tumbuhan tingkat tinggi terhadap perkecambahan, pertumbuhan, dan pembuahan jenis-jenis lainnya. Kemampuan untuk menghambat pertumbuhan tumbuhan lain merupakan akibat adanya suatu senyawa kimia tertentu yang terdapat pada suatu jenis tumbuhan.
            Dari pengamatan terhadap  percobaan, diketahui bahwa bagian daun alang-alang (Imperata cylindrica) dan akasia (Acacia mangium) terkandung senyawa kimia yang bersifat menghambat pertumbuhan (allelopati) dari perkecambahan biji jagung (Zea mays) dan kacang hijau (Phaseolus radiatus). Hal ini sesuai dengan pernyataan Suryanto (2007), yang menyatakan bahwa sebagai allelopat, substansi kimiawi itu terkandung dalam tubuh tumbuhan, baik tanaman maupun gulma. Bertindaknya allelopat tersebut setelah tumbuhan atau bagian tumbuhan mengalami pelapukan, pembusukan, pencucian ataupun setelah dikeluarkan berupa eksudat maupun penguapan.
            Namun pada percobaan praktikum ini, dapat dilihat bahwa allelopat dari ekstrak akasia kurang berpengaruh nyata pada perkecambahan jagung. Hal ini dapat dilihat berdasarkan F.hitung untuk ekstrak akasia hanya 0,055. Yang berarti nilai F hitung kedua ekstrak ini lebih kecil daripada F.tabelnya. 
            Pada objek pengamatan ini, maka dapat diamati juga wadah percobaan allelopati untuk jagung dan kacang hijau yang diberi ekstrak alang-alang warnanya lebih pekat dibandingkan dengan kedua ekstrak lainnya. Dapat dipastikan ini juga yang mempengaruhi allelopati pada perkecambahan jagung.
Tumbuhan yang suseptibel bila terkena substansi semacam itu akan mengalami gangguan berupa penghambatan pertumbuhan atau penurunan hasil. Dan dalam percobaan ini allelopati dari alang-alang (Imperata cylindrica) dan akasia (Acacia mangium) dibuat dalam bentuk ekstrak (eksudat). Pengaruh bahan kimia dapat menyebabkan pertumbuhan sama sekali terhambat, pertumbuhan terlambat. Apabila terjadi pertumbuhan yang sama sekali terhambat, maka akibatnya dapat terlihat dalam bentuk daerah gundul di sekitar pohon yang menggetahkan bahan kimia itu. Gejala ini sekarang dikenal sebagai allelopati. Jelas kiranya bahwa allelopati dapat merupakan faktor dalam suksesi tumbuhan, dalam kemenonjolan spesies tunggal, dan dalam pembentukan pola nabatah  pada umumnya.
Untuk hasil percobaan ini, sudah dapat diketahui bahwa allelopati tersebut berpengaruh nyata terhadap perkecambahan  jagung (Zea mays). Namun untuk hasil lebih jelasnya, percobaan ini sebenarnya belum akurat, karena keadaan ynag terjadi di alam sebenarnya tak semudah dengan percobaan ini. Hal ini sesuai dengan Fitter dan Hay (2000), yang menyatakan bahwa ekstrak suatu tanaman bukanlah material percobaan yang cocok, karena tidak terdapat di alam, ekstrak tersebut sering kali tidak steril sehingga transformasi bakteri barangkali telah berlangsung dan biasanya tanaman-tanaman tersebut tidak memiliki hubungan ekologi. 
Setelah dilaksanakan percobaan ini, maka dapat dikatakan bahwa allelopat yang berpengaruh terhadap perkecambahan jagung (Zea mays) adalah allelopat Alang-Alang (Imperata cylindrica). Untuk allelopat dari akasia sifatnya kurang berpengaruh terhadap perkecambahan jagung ini, sedangkan untuk perkecambahan kacang hijau yang lebih berpengaruh adalah alelopat alang-alang (Imperata cylindrica) walaupun alelopat akasia (Acacia mangium) juga berpengaruh namun tidak terlalu berpengaruh mungkin karena ekstraknya yang terlalu encer.



KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
1.     Pada daun alang-alang (Imperata cylindrica) dan akasia (Acacia mangium) terdapat senyawa kimia yang bersifat racun (allelopati).
2.     Allelopati berpengaruh nyata terhadap perkecambahan jagung (Zea mays) dan kacang hijau (Phaseolus radiatus).
3.     Ekstrak alang-alang (Imperata cylindrica) berpengaruh terhadap perkecambahan kacang hijau (Phaseolus radiatus).
4.     Ekstrak akasia berpengaruh terhadap perkecambahan biji kacang hijau (Phaseolus radiatus).
5.     Ekstrak akasia (Acacia mangium) kurang pengaruhnya terhadap perkecambahan jagung (Zea mays) dan begitu juga ekstrak alang-alang (Imperata cylindrica) yang kurang berpengaruh terhadap perkecambahan jagung dan hal tersebut mungkin disebabkan karena kekurang telitian para praktikan dalam pengenceran ekstrak.
6.     Allelopati merupakan produksi substansi (zat) oleh suatu tanaman yang merugikan tanaman lain.

Saran
Disarankan agar praktikan lebih teliti pada saat pembuatan ekstrak, agar hasil pada perkecambahan lebih akurat dan maksimal, selain itu disarankan juga agar praktikan jeli pada saat pengambilan data agar hasil perhitungan yang diperoleh maksimal.



DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S . 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor

Bais, H. P., S. W. Park, T. L. Weir, R. M. Callaway dan J. M. Vivanco. 2004. 'How Plants Communicate Using The Underground Information Superhighway'. http://plants.trends.com. [ diakses pada tanggal 15 September 2010 pukul 19.46 WIB)
Djojosumarto, P. 2001. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Penerbit Kanisius. Jakarta

Dove,M.R. dan S.Martopo. 1987. Manusia Dan Alang-alang Di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Fitter, A.H dan R.K.M.Hay. 2000. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Indriyanto. 1999. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta

Kurniawan. 2006. Pengaruh Alelopati Gulma Teki (Ciperus Rotundus) dan Alang-Alang( Imperata cylindrica) Terhadap Kadar Proteind Serat Kasar Hijau Jagung (Zea Mays L.). PS. September 2006. Jakarta

Onrizal dan Kusmana,C. 2005. Ekologi Hutan. Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan

Salampessy, N.S.M,1998, Pengaruh Allelopathy Pohon Titi (Gmelina Mollucana,   Back) Terhadap Perkecambahan Beberapa Jenis Tanaman Tumpang Sari, Universitas Pattimura, Ambon (Skripsi, tudak dipublikasi)

Sukman, Y. dan Yakup. 1995. Gulma Dan Teknik Pengendaliannya. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta

Wijaya, F.H. 1998. Pemanfaatan Allelopati Pada Rimpang Alang-Alang (Imperata cylindrica) sebagai herbisida Organik Pengendali Gulma Teki (Cyperus rotundus). SMU Nusantara .Magelang